Sabtu, 29 Juni 2013

Nokia 1100 Dihargai 300 Juta



Telepon genggam jenis ini sudah jarang diincar banyak orang karena bukan suatu barang yang canggih lagi. Tetapi, di Jerman dan Belanda, telepon genggam Nokia produksi tahun 2003 ini justru dicari untuk dibeli lebih dari Rp300 juta. Setelah diselidiki, ternyata Nokia 1100 sedang diincar oleh para pelaku tindak kriminal. Maka dari itu, telepon genggam dengan layar monochrome (tidak berwarna) dan nada dering monophonic ini yang harga resminya hanya ratusan ribu rupiah tersebut kini ditawar hingga Rp 363 juta. Fantastik bukan.

 




Hasil investigasi polisi melaporkan bahwa telepon genggam tersebut ternyata satu-satunya seri telepon genggam yang dapat dimodifikasi dan digunakan untuk mendukung tindak kriminal finansial online mereka. Kepolisian setempat yang bekerja sama dengan sebuah badan investigasi menyatakan bahwa pelaku mampu mendapatkan ribuan username lengkap dan password dari beberapa rekening bank online di Jerman dan Belanda dengan alat ini. Hal tersebut dapat terjadi karena pelaku memanfaatkan kebijakan transaksi finansial online di kedua negara tersebut yang mewajibkan setiap nasabahnya untuk mengirimkan sebuah kode rahasia melalui layanan pesan singkat. Pesan singkat yang berisi kode rahasia tersebutlah yang kemudian diambil oleh pelaku dengan menggunakan Nokia 1100 yang telah dimodifikasi.

Investigasi terkini menyatakan, tidak seluruh Nokia 1100 dapat melakukan hal tersebut. Dari 200 juta unit yang telah terjual di seluruh dunia, hanya yang diproduksi di pabrik Nokia di Jerman saja yang berisi software yang sangat berharga tersebut. Selain itu Nokia 1100 juga dapat diprogram untuk menggunakan nomor telepon genggam orang lain.


sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank you for visiting Ilham's Blog ! If you are a visitor, please leave a comment. Please give me the link or email in a comment.

If there is a broken link, a picture, or something in my blog, please tell me via chatbox or comment.

Please the comment doesn't contain elements of spam and SARA.

Subscribe